Rabu, 22 Februari 2012

Kimia Murni, Teknik Kimia atau Pendidikan Kimia ?



Sahabat kimia yang berbahagia, khususnya siswa kelas 12 yang tertarik dengan ilmu kimia dan ingin memperdalam ilmu kimia setelah lulus SMA/MA/SMK mungkin diantara kalian masih merasa bingung untuk memilih jurusan kimia murni/MIPA, teknik kimia atau pendidikan kimia.  Kebingungan ini terjadi karena ketidaktahuan tentang jurusan tersebut. Ketidaktahuan ini biasanya meliputi definisi, materi yang dipelajari dan profesi setelah lulus dari jurusan tersebut. Untuk itulah, pada kesempatan ini akan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ketiga jurusan tersebut, mudah-mudahan setelah membaca tulisan ini, sahabat kimia akan lebih jelas dan tidak bingung lagi terhadap ketiga jurusan kimia tersebut.

Mari kita mulai dengan definisi dari ketiga jurusan tersebut. Pertama Ilmu kimia (chemistry) adalah ilmu yang menyelidiki sifat dan struktur zat, serta interaksi antara materi-materi penyusun zat. Kedua Teknik kimia (chemical engineering) adalah ilmu yang mempelajari rekayasa untuk menghasilkan sesuatu (produk) yang bisa digunakan untuk keperluan manusia, berlandaskan pengetahuan ilmu kimia. Ketiga Pendidikan Kimia (chemical education) adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengajarkan ilmu kimia di sekolah.
Sahabat kimia sekalian, dari ketiga definisi tersebut setidaknya ada 3 poin yang dapat dibedakan, yaitu sifat, orientasi dan skala target. Dari sifatnya, kimia murni bersifat eksplorasi, yaitu kegiatan mencari atau meneliti zat atau reaksi baru, sedangkan teknik kimia dan pendidikan kimia bersifat aplikasi, yaitu penerapan pada bidang tertentu, jadi kedua bidang ini tidak dituntut untuk mengembangkan zat, struktur, atau reaksi baru, tetapi mengaplikasikan dan mengembangkan yang sudah ada. Namun perlu dicatat pula walaupun teknik kimia dan pendidikan kimia tidak mencari sesuatu yang baru dari sisi kimia, namun keduanya mencari sesuatu yang baru dari fokus bidangnya tersebut.

Sahabat kimia sekalian, ditinjau dari orientasinya, kimia murni berorientasi pada ilmu pengetahuan, teknik kimia pada bidang industri dan pendidikan kimia pada bidang pendidikan. Sebagai contoh, misalnya ada reaksi sebagai berikut : A + B à C + D, reaksi ini menghasilkan 80 % senyawa C sebagai produk utama dan 20 % senyawa D sebagai produk sampingan. Pada reaksi ini ketiga bidang ilmu ini akan bersikap berbeda. Ilmuwan kimia akan berupaya merekayasa reaksi A + B tersebut agar menghasilkan D dengan persentase yang lebih besar lagi. Upaya tersebut dilakukan dengan berusaha mengetahui lebih detail tentang apa yang mempengaruhi reaksi A + B, sampai ke tingkat molekular bahkan sampai ke tingkat atom. Orang teknik kimia akan mencari cara untuk mengoptimalkan proses reaksi tersebut agar dihasilkan produk D yang ekonomis, yaitu yang biaya produksinya paling murah. Mereka akan mempelajari proses mana yang harus dipilih; alat untuk mengatur suhu dan tekanan reaksi; alat untuk mempersiapkan bahan bakunya; alat untuk memurnikan produk; dan lain-lain. Sedangkan guru kimia tidak terlalu memikirkan tentang senyawa D, tetapi memikirkan bagaimana cara atau metode mengajarkan dan menjelaskan kepada siswa tentang reaksi tersebut agar siswa mengerti dengan reaksi tersebut, seperti mana yang merupakan pereaksi dan mana yang merupakan hasil reaksi.

Sahabat kimia sekalian, tinjauan yang ketiga adalah mengenai skala. Ilmu kimia dan pendidikan kimia mempelajari reaksi dengan melakukannya pada skala kecil di lingkungan laboratorium, misalnya dalam hitungan gram saja. Sementara teknik kimia mempelajari reaksi untuk dilakukan pada skala besar, misalnya dalam hitungan ton. Ini karena hasil penelitian teknik kimia akan diterapkan pada bidang industri.

Sahabat kimia yang berbahagia, mengenai profesi setelah lulus dari ketiga jurusan tersebut merupakan hal yang tidak boleh kita lupakan, karena hal ini menyangkut dengan masa depan anda. Berikut profesi-profesi yang normal (sesuai bidang keilmuan yang dipelajari) bagi ketiga jurusan tersebut  antara lain adalah untuk lulusan kimia murni bisa bekerja misalnya di laboratorium sebagai peneliti. Untuk lulusan teknik kimia biasa bekerja di pabrik yang memproduksi barang-barang melalui proses kimia, misalnya di pabrik semen, pupuk, kilang minyak, dan sebagainya. Sedangkan lulusan pendidikan kimia biasa bekerja sebagai guru, dosen atau peneliti bidang pendidikan.

Sahabat kimia mungkin ada yang bertanya apakah lulusan ilmu kimia tidak bisa bekerja di bidang "milik" orang teknik kimia, dan sebaliknya? Tidak ada masalah. Ketiga ilmu ini punya pijakan yang sama yaitu kimia. Lulusan ilmu kimia bisa saja bekerja di bagian produksi, dan lulusan teknik kimia bisa saja bekerja di laboratorium. Hanya saja, setelah bekerja mereka perlu belajar lebih keras dibanding kalau mereka memilih jalur pekerjaan yang "normal". Namun kalau mau belajar, ini bukan hal yang mustahil. Mungkin ada juga yang bertanya, kalau kita mengambil pekerjaan yang "tidak sesuai" dengan kuliah kita, bukankah ilmu kita sia-sia? Tidak ada ilmu yang sia-sia, karena waktu berkuliah kita akan belajar bagaimana memecahkan masalah secara sistematis, bagaimana berpikir dengan logis, bagaimana menghadapi bermacam-macam orang, dan bagaimana berdiplomasi. Ini semuanya adalah ilmu yang sangat penting dalam pekerjaan dan berlaku secara universal, tidak bergantung pada apa jenis pekerjaannya.Demikian, semoga bermanfaat.

Oleh: Kurniawan Widodo (Guru Kimia SMKN 2 Pontianak), Hamdil Mukhlishin, S.Pd (Staff Prodi. Pendidikan Kimia Universitas Muhammadiyah Pontianak)