
Menurut LPPOM MUI (2010), puasa dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta meremajakan tubuh dari sel-sel yang telah mati. Secara biokimia sel yang ada dalam tubuh kita dilihat dari segi reproduksinya terbagi dua, yaitu meosis dan mitosis. Meosis terjadi pada sel reproduksi 1 sel membelah jadi 4, sedangkan Mitosis terjadi untuk berbagai jenis sel dari ujung rambut ujung kaki dengan proses pembelahan sel 1 menjadi 2, 2 jadi 4 dan seterusnya. Karena jumlah sel dalam tubuh kita miliaran maka adanya kerusakan sel dalam tubuh dan perlunya penggantian suku cadang.
Tetapi, proses pembelahan sel tidak selalu berjalan mulus dan teratur karena banyaknya gangguan. Ternyata dengan berpuasa kondisi ini bisa dicegah. Selama kondisi berpuasa tubuh kita memerlukan banyak energi, tetapi karena tidak makan dan minum maka sumber energi yang dipakai berasal dari glikogen di dalam hati, juga lapisan lemak di belakang kulit kita. Dengan banyaknya pemakaian cadangan energi dalam tubuh menyebabkan proses pembelahan sel berjalan serentak dan banyak.

Proses penggantian sel ini juga membutuhkan waktu, lamanya penggantian suku cadang secara menyeluruh dari ujung rambut ke ujung kaki sekitar 30 hari. Ini juga hikmah lain mengapa berpuasa dijalankan selama satu bulan gunanya memberikan waktu yang cukup bagi terjadinya regenerasi sel secara sempurna. Dengan satu bulan penuh menunaikan berpuasa Ramadhan dengan benar dan baik, jika secara ruhani Allah menjanjikan dosa akan terampuni, selain itu juga secara fisik kita melakukan peremajaan sel dalam tubuh kita.
Dalam Kumpulan Perubatan Elektronik Cawangan Kuala Terengganu (2011) menyatakan bahwaDr. Muhammad Munid dan kawan-kawan dari Turki juga melakukan sebuah penelitian terhadap seratus responden orang Islam yang berpuasa. Sampel darah mereka diambil sebelum dan diakhir bulan Ramadhan, untuk dilakukan analisis dan pengukuran terhadap kandungan protein, total lemak (total lipid), lemak fosfat, asam lemak bebas, kolesterol, albumin, globulin, gula darah, tryglycerol, dan unsur-unsur pembentuk darah lainnya. Hasilnya adalah telah terjadi penurunan umum pada kadar gula (glukosa) dan tryacyglicerol orang yang berpuasa, terjadinya penurunan parsial dan ringan pada berat badan, tidak terlihat adanya aseton dalam urin, baik dalam awal maupun akhir puasa, sebab sebelum puasa Ramadhan, kenyataan ini menegaskan tidak adanya pembentukan zat-zat keton yang berbahaya bagi tubuh selama bulan Ramadhan. Dengan berpuasa, glikogen dalam tubuh mengalami peremajaan, memompa gerakan lemak yang tersimpan, sehingga menghasilkan energi yang lebih meningkat. Selamat berpuasa....