
Zat pewarna dimaksudkan untuk membuat makanan lebih menarik sehingga diharapkan nafsu makan bertambah dan dari segi bisnis makanan makin laris. Zat pewarna yang diperoleh dari bahan nabati (tumbuhan) umumnya tidak menimbulkan efek samping, misalnya warna merah dari tomat, kuning dari kunyit, oranye dari wortel, hijau dari daun pandan dan lain sebagainya. Ada juga zat pewarna yang berfungsi sebagai vitamin tambahan, misalnya β-karoten dari wortel yang dipakai untuk mewarnai mentega atau margarin. Tubuh kita akan mengubah β-karoten menjadi vitamin A. Akan tetapi kebanyakan zat pewarna hanya berfungsi sebagai estetika dan tidak mengandung nilai gizi.
Dalam bidang industri, kini banyak dipakai zat pewarna sintetik, karena zat pewarna alami mudah memudar dan kurang cemerlang warnanya. Contoh zat pewarna sintetik adalah coklat HT (coklat) digunakan untuk minuman ringan dan makanan cair. Kadang-kadang terjadi kasus kesalahan pemakaian zat pewarna, misalnya produk makanan menggunakan bahan pewarna tekstil. Hal itu sangat berbahaya, karena pewarna tektil dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia.

Untuk mencegah kegemukan, kini banya dipakai zat pemanis yang tidak berkalori sebagai pengganti gula. Gula pemanis yang paling banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan adalah sakarin yang manisnya 500 kali gula dan natrium siklamat yang manisnya 50 kali gula. Namun, di amerika Serikat, badan FDA (Food and Drug Administration) telah melarang penggunaan natrium siklamat yang dicurigai sebagai penyebab kanker. Pada makanan berupa permen, diantaranya memakai sorbitol, yaitu suatu senyawa polihidroksi yang mengandung kalori sama dengan gula. Dibandingkan gula, keunggulannya adalah tidak terurai dalam mulut sehingga tidak merusak gigi. Akan tetapi, pemakaian sorbitol yang terlalu banyak dapat menimbulkan diare.
Zat pengharum pada makanan umumnya merupakan senyawa ester yang memberikan aroma buah, seperti amil asetat (pisang), amil valerat (apel), etil butirat (nanas), butil propionat (rum) dan propil asetat (pear). Diantara zat aditif pada makanan, zat pangharum relatif tidaka memberikan efek samping yang merugikan.

Anti oksidan adalah senyawa yang relatif mudah teroksidasi. Oleh karena itu, penggunaannya dapat mencegah atau menghambat oksidasi bahan yang akan dilindungi. Beberapa contoh anti oksidan adalah asam askorbat, digunakan pada daging olahan , kaldu dan buah kalengan. Butilhidroksianisol (BHA) digunakan untuk mencegah ketengikan lemak dan minyak goreng.
