Berprofesi
sebagai orang tua, guru atau pendidik, menuntut kita untuk bisa memanfaatkan
segala momentum yang ada untuk mengajak peserta didik mengambil hikmah atau pun
pelajaran. Hal tersebut sangat penting bagi pengembangan karakternya agar
menjadi manusia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Sejalan dengan tujuan pendidikan tersebutlah maka momentum peringatan hari
ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia seharusnya dapat kita ambil lebih banyak
hikmah untuk kegiatan pembelajaran kita sehari-hari.
Beberapa
hikmah yang bisa kita ambil sebagai pendidik adalah menanamkan sifat bersyukur
kepada peserta didik. Dalam Pembukaan UUD 1945, para pejuang kemerdekaan bangsa
ini telah mencantumkan bahwa kemerdekaan ini diperoleh “....Atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa....”. Hal ini menunjukkan rasa kesyukuran pejuang negeri
ini yang harus senantiasa kita teladani. Peserta didik kita ingatkan bahwa
masih ada wilayah di belahan bumi lainnya yang masih terjajah, misalnya di Palestina.
Masih ada anak-anak seusia mereka di negara lain yang sampai detik ini sulit
untuk memiliki fasilitas sekolah. Jangankan bisa sekolah berjam-jam untuk
menuntut ilmu, untuk keluar di alam terbuka saja, mereka masih khawatir.
Hal
lainnya yang bisa kita ingatkan adalah memberikan semangat kepada peserta didik
untuk senantiasa berprestasi dalam rangka mengisi kemerdekaan. Sebagai bangsa
yang merdeka, kita semestinya dapat lebih banyak melakukan hal yang bernilai
positif. Sejalan dengan meningkatnya perhatian pemerintah yang sangat besar
terhadap pendidikan, kita merasakan berbagai fasilitas gedung sekolah mulai
dibenahi. Alokasi dana atau bantuan operasional sekolah (BOS) sehingga uang
sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP) juga telah dibayarkan pemerintah.
Semua ini memang harus diiringi dengan memberikan motivasi kepada peserta didik
agar selalu tetap bersemangat belajar. Masih kita ingat dalam sejarah
perjuangan bangsa, bagaimana semangat para pemudanya untuk segera
memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia dengan “menculik” Soekarno dan
Muhammad Hatta dan membawanya ke Rengasdenglok, Karawang, pada tanggal 16 Agustus 1945 jam 04.00 WIB. Hal
tersebut bisa kita maknai bahwa pejuang kemerdekaan kita sangat bersemangat,
pantang mundur ingin segera unjuk prestasi, memproklamasikan kemerdekaan yang
sudah lama dicita-citakannya.
Dalam
masyarakat kita, tentu saja perayaan hari ulang tahun kemerdekaan menjadi
sesuatu yang lumrah. Telah menjadi tradisi di masyarakat kita untuk mengadakan
berbagai perlombaan untuk memupuk persaudaraan antar masyarakat. Berbagai jenis
perlobaan yang kita kenal diantaranya adalah panjat pinang, lomba makan kerupuk
dan balap karung. Selain perlombaan kadang juga diiringi dengan kegiatan sosial
kemanusiaan Tentu saja kegiatan tersebut membawa keceriaan dan menumbuhkan
solidaritas di masyarakat kita.
Namun kita masih juga ditemui pada malam 17 Agustus dilakukan perayaan yang berlebihan. Masih ada beberapa pemuda bergadang sampai larut malam di depan gang ataupun dipinggir jalan yang dikuatirkan mengarah pada kegiatan yang bernilai negatif seperti minum minuman keras dan pergaulan bebas. Apalagi pada tahun ini malam kemerdekaan bertepatan pada malam minggu, sehingga perlu adanya pengawasan dari seluruh masyarakat untuk mencegah perilaku negatif rersebut di malam 17 Agustus tersebut. Masruri dalam bukunya berjudul “Negative Learning (2011)” menyatakan bahwa para pendidik semestinya selalu memberikan respon edukatif terhadap perilaku negatif peserta didik. sehingga didapatkan tindakan yang tepat untuk menyadarkannya.
Salah satu cara merespon perilaku negatif adalah dengan berkomunikasi dan mengajak peserta didik bergaul dengan masyarakat Sehingga peserta didik kita ingatkan agar ikut berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan dengan salah satu prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 yang menekankan paradigma bahwa pembelajaran bisa berlangsung di rumah, di sekolah, dan juga di masyarakat. Selain itu peserta didik dapat berinteraksi dan mengakui adanya perbedaan individual dan latar belakang budaya antar anggota masyarakat. Hal ini untuk mencegah perilaku pasif dari peserta didik, misalnya hanya bermain play station sehingga tidak bersosialisai dengan masyarakat. Dengan demikian bisa sedikit demi sedikit tercapai kompetensi sikap sosial peserta didik sesuai kurikulum 2013 yaitu berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial mereka. Sekali lagi, kemerdekaan yang kita peroleh haruslah kita syukuri dengan benar dan menumbuhkan sikap positif pada generasi muda kita. Semoga