Kamis, 21 Juli 2011

Tips Mengatasi Kesulitan Mengajarkan Materi Stoikiometri pada Siswa


Dalam ilmu kimia, stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi untuk membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion (elemen) dan metriā (ukuran).(Wikipedia, 2010).

Stoikiometri merupakan salah satu konsep utama dan paling penting dalam kimia, hal ini dikarenakan aplikasi konsep-konsepnya yang dipakai di hampir seluruh konsep kimia lainnya sehingga perlu mendapat perhatian lebih dari para guru kimia. Jika siswa sama sekali tidak paham akan konsep ini, maka dapat dipastikan konsep-konsep kimia lainnya akan sulit untuk diikuti. Misalnya, saat mempelajari konsep asam basa, siswa dituntut menggunakan konsep molaritas dalam operasi perhitungannya, dan konsep molaritas tersebut tak lain dan tak bukan adalah perpanjangan dari konsep mol pada stoikiometri.

Dengan beragamnya kendala yang haris dihadapi guru, haruslah dipersiapkan upaya antisipasi agar proses penyampaian materi dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Guru diharapkan dapat mencari celah dengan menggali segenap potensinya untuk menemukan tips, cara, strategi, atau metode mengajar yang jitu sehingga materi stoikiometri yang dikenal lebih sulit ketimbang materi kimia lainnya dapat diterima dan dimengerti oleh anak didiknya. Siswa juga dituntut untuk dapat kreatif dan tidak menyerah saat perhitungan yang dihadapinya cukup rumit dan sulit.

Bakhrudin Latief (2010) memberikan beberapa tips bagaimana mengatasi kesulitan dalam mengajarakan materi stoikiometri bagi guru:

1. Senantiasa meningkatkan kemampuan diri, baik pemahaman akan materi yang akan diajarkan (intelektual) maupun kecakapan dalam penyampaian materi pada siswa (paedagogik).

2. Mencari strategi dan metode yang tepat dalam mengajar sehingga materi dapat dengan mudah diterima oleh siswa.

3. Menyusun rencana pengajaran atau silabus sejak awal agar dapat diketahui kapan waktu dia mengajarkan materi stoikiometri sehingga dapat mempersiapkan jauh-jauh hari.

4. Menciptakan kelas yang kreatif, tidak membosankan dan menyenangkan guna merangsang siswa agar semangat belajar.

5. Melakukan inovasi atau terobosan-terobosan dalam mengajar seperti belajar di luar kelas, kunjungan ke perpustakaan, dll.

6. Memvariasikan cara belajar antara teori, praktik, games, quiz, dan ujian agar siswa tidak jenih dan selalu dikejutkan.

7. Membuat pemodelan dalam mengajarkan konsep stoikiometri yang abstrak dengan cara membuat model animasi.

8. Mancari waktu yang tepat dalam mengajar atau sebisa mungkin meminta waktu mengajar pada pagi hari ke bagian kurikulum dengan alasan pada pagi hari siswa lebih semangat dan lebih mudah dalama mencerna pelajaran. Juga dalam mengajarkan konsep stoikiometri yang luas dan mendalam, guru hendaknya membuat alokasi waktu yang cukup untuk menjelaskan point-point yang penting dalam stoikiometri di setiap pertemuan yang ada hubungannya dengan materi stoikiometri.

9. Memberikan motivasi juga stimulus pada siswa agar selalu bersemangat dalam belajar walaupun pelajaran kimia bukan pelajaran favoritnya atau program IPA bukan cita-citanya, dan menyadarkan bahwa ilmu yang mereka pelajari adalah untuk diri meraka sendiri.

10. Menjadi pribadi yang menyenangkan, tidak mencitrakan guru IPA yang judes, galak atau killer. Bila siswa sudah jatuh hati pada kepribadian gurunya, maka akan berbanding lurus pada pelajaran yang diajarkannya (minimal siswa akan bersedia menyimak uraian gurunya).

11. Mengefektifkan kesempatan belajar di laboratorium. Misalnya dengan memberikan pelatihan terlebih dahulu kepada beberapa siswa yang bisa dipercaya dari tiap kelompok agar mereka dapat meringankan tugas guru untuk menjelaskan prosedur percobaan pada teman-teman yang lain.

12. Membentuk kelompok belajar yang dengan itu para siswa akan dapat dengan bebas bertanya dan berdiskusi dengan sesama temannya. Tiap kelompok disisipi siswa yang dianggap mempunyai kelebihan dari segi pengetahuan sehingga bisa mengarahkan rekan-rekannya. Juga memfasilitasi siswa bila ada yang ingin bertanya padanya di luar jam sekolah.

13. Membuat analogi-analogi yang relevan dengan materi stoikiometri yang akan disampaikan. Misalnya ketika akan membahas tentang konsep mol, guru dapat mengambil cerita tentang bagaimana cara membuat kue di dapur. Ketika diperlukan sekian terigu dan sejumlah telur untuk membuat sebuah kue, dan pada praktiknya terdapat kelebihan terigu, maka siswa diharapkan mampu mengaitkannya dengan konsep peraksi pembatas. Bahwa bila pada suatu reaksi tidak tepat habis anatara pelarut dan zat terlarutnya, pasti akan ada yang bersisa dan bertindak menjadi pereaksi pembatas.

14. Kembali mengulas materi yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Hal ini untuk membuat siswa teringat kembali dan memberikan gambaran pada siswa yang pada pertemuan sebelumnya tidak mengikuti pelajaran.

15. Memberikan latihan soal-soal stoikimetri secara bertahap ( step-by-step) dari soal yang mudah sampai ke soal yang rumit.

Nah, Mudah dan asyik, khan?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar